Parenting: Alergi pada Anak (Ayra’s Story)
Sudah dari lama sekali rasanya saya kepingin berbagi cerita tentang alerginya Ayra ini. Terakhir saya cerita di blog ini tentang perjalanan kacamatanya Une, sekarang tentang Ayra. Every kid has their own things, anyway… Hehehehe..
Well, cerita ini agak panjang karena saya rapel dari bulan September 2018 kemarin. So, sit back, relax, and happy reading!
September 2018
Ayra mulai batuk pilek. Seinget saya awalnya tertular abangnya, tapi abangnya sembuh dan Ayra tidak. Dari segala macam cara tradisional (jemur, oles balsam), essential oils, sampai obat apotek (bukan puyer), saya sudah coba kasih ke Ayra. Sebenarnya batuk pileknya nggak parah-parah banget (nggak melulu ‘meler’, nggak mampet saat tidur walaupun nafasnya ‘grok-grok’) dan nggak pake anget juga. Cumaaa, yg bikin jadi masalah adalah nafsu makan Ayra jadi terjun bebas. Kadang mau makan, kadang nggak mau, ya suka-suka dia aja. Pusing? Banget!
Tadinya saya pikir, “nanti juga bakal sembuh sendiri,” tapi something inside me said, “nggak, Ayra harus dibawa ke dokter.” Jadilah pada pagi itu ― setelah kurang lebih 10 hari Ayra batuk pilek dan nggak kunjung sembuh ― saya bawa Ayra ke dokter. Dokter pertama yg saya datangi adalah dr. Erlin Juwita, Sp.A. Dokter Erlin ini biasa menangani anak-anak saya kalo ada situasi darurat ― misalkan tiba-tiba sakit ― karena beliau adalah dokter ‘jaga kandang’ di RSIA YPK Menteng, setiap hari kerja dari pagi sampai siang beliau praktek di jam yang sama, jadi mudah untuk ditemui. Saya sudah beberapa kali bawa anak-anak ke dokter Erlin dan cocok-cocok aja. Masih muda, penjelasannya rasional dan enak, suka bercanda, dan concern dengan penambahan berat badan anak (suka ngasih ide-ide menu MPASI juga).
Saya coba paparkan ke dokter Erlin apa yang saya lihat di diri Ayra. Beliau resepkan beberapa obat andalan anak batuk pilek: rhinos drops & mucopect drops. Saat lihat berat badan Ayra yang (waktu itu seingat saya) masih stuck di 7 kilogram-an, dokter Erlin menyarankan lebih baik disembuhkan dulu batuk pileknya, jika sudah sembuh baru nanti dicari solusi untuk penambahan berat badannya. Hal yang paling mungkin dicoba saat itu untuk menambah berat badan Ayra, paling ya variasi makanan aja agar Ayra nggak bosan dan mau mangap. Setelah diperiksa, Ayra juga diminta untuk diuap di RS dan di rumah (saya beli alat uapnya), walaupun akhirnya dia nangis dan berontak bangeeet 🙁
Setelah dari RS, everything was going fine, sampai akhirnya sekitar 10 hari berlalu saya merasa kok nggak ada perubahan signifikan pada kondisi Ayra.
Oktober 2018
Sahabat saya cerita soal kondisi yang dialami oleh anaknya. Usianya 6 bulan lebih muda dari Ayra. Dia dan istrinya curiga karena berat badan anaknya tidak naik banyak beberapa bulan terakhir. Setelah menjalani serangkaian tes, diketahuilah anak mereka mengalami TB (tuberculosis). Tadinya saya kira orang-orang yang mengalami TB pasti diawali dengan batuk pilek, ternyata tidak pada kasus anak teman saya ini. Dia terlihat sehat, tapi hasil pemeriksaan menyatakan demikian. Kok bisa? Ya bisa, karena bakterinya ada dimana-mana.
Saya panik. Bingung banget apakah kondisi yang sama juga dialami oleh Ayra? Setelah diskusi dengan suami, saya pun membawa Ayra ke dr. Eva Devita, Sp.A. Dokter Eva ini dokternya Une dari bayi. Orangnya baik, tenang dan menenangkan (kecuali memang kondisi darurat beliau bisa langsung tegas), sub-spesialis tumbuh kembang anak jadi ya memang detail, pokoknya so far kami selalu cocok sama dokter Eva. Dokter Eva praktek di RSIA YPK hanya Senin sore dan Sabtu pagi, selebihnya saya kurang tahu beliau praktek dimana. That’s why suka susah untuk mencocokkan jadwal dengan praktek beliau, apalagi kalau anak-anak sakitnya mendadak (makanya dokter Erlin to the rescue!). Apalagi ditambah sekarang antrian beliau panjaaang bener (beda deh sama zamannya Une pas masih bolak-balik imunisasi dulu). Walaupun begitu, kami tetap balik-balik lagi ke beliau, ya gimana namanya cocok ‘kan…
Balik lagi ke masalah Ayra, saya ceritakan semuaaanya ke dokter Eva, termasuk soal kekhawatiran saya apakah Ayra ada kecenderungan ke arah TB. Dokter Eva menyarankan Ayra untuk dicek darah, supaya bisa diketahui apakah benar TB atau bukan. Hasilnya keluar, LED (laju endap darah) Ayra sangat tinggi jauh di atas normal, menandakan adanya infeksi. Tapi, alhamdulillah TB-nya negatif. Dari dokter Eva, saya baru tahu kalau batuk pilek yang awalnya dari virus jika tidak sembuh maka bakterilah yang memegang kendali. Untuk itu, mau tidak mau dokter Eva perlu memberi Ayra resep antibiotik. Oke, yang penting Ayra sembuh.
November 2018
Antibiotik sudah habis, kondisi Ayra masih naik turun. Tiga hari sembuh batuk pileknya, nanti muncul lagi, begitu terus. Apakah tertular? Di rumah nggak ada yang lagi batuk pilek. Nafsu makan bagaimana? Masih tetap naik turun. Saya konsultasi lagi dengan dokter Eva terkait hal ini. Dokter Eva menyarankan untuk membawa Ayra ke dokter spesialis anak sub-spesialis saluran pernapasan. Saya mengerti maksud dokter Eva, agar pemeriksaan yang dilakukan lebih fokus ke saluran pernapasannya.
Sesuai saran dokter Eva, akhirnya kami membawa Ayra ke dr. Rifan Fauzie, Sp.A di RSIA Bunda Jakarta. Beliau praktek di hari Sabtu sore. Pengalaman pertama kali ke beliau: he was a super nice doctor! Jujur saya baru pertama kali bawa anak ke dokter anak laki-laki, karena selama ini saya pikir rasanya lebih enak kalau perempuan, ternyata saya salah besar. Dokter Rifan ini baik banget, super ramah bahkan beliau yang bilang “Assalamu’alaikum” padahal saya yang masuk ke ruangan prakteknya, dan orangnya detail.
Saya jelaskan cerita Ayra mulai dari 0 sampai hari itu. Beliau bertanya, “Apakah ada turunan alergi?” Wah jelas! Saya dan suami gudangnya alergi. Suami dulu asthma waktu kecilnya, saya bahkan sampai hari ini setiap pagi pasti bersin-bersin. Dari dokter Rifan, saya baru tahu kalau anak-anak yang memiliki cekungan di bawah mata dan di atas pipi (seperti kantung mata padahal bukan), itu artinya dia memiliki kecenderungan alergi tertentu. Dan Ayra begitu. Makanya dokter Rifan yakiiin Ayra begini disebabkan oleh alergi.
Lalu, alerginya apa? Perlu diperiksa nggak? Menurut dokter Rifan tidak perlu diperiksa sekarang ini, karena beliau mau coba memberikan obat alergi dulu (berupa puyer racikan). Kalau ternyata dalam 2 minggu lagi nafas ‘grok-grok’ Ayra belum hilang dan dahaknya masih banyak, baru deh akan diperiksa alerginya. Dokter Rifan menyarankan: Ayra sering dijemur, tidak boleh main di karpet, hindari mainan berbulu, sebisa mungkin jangan dipegang oleh orang-orang yang akan/sedang sakit, tidak terpapar asap rokok baik langsung maupun tidak langsung, ruangan kamar harus bersih dari debu, dan dilarang makan/minum yang dingin-dingin dulu. Siap, Bos!
Setelah obat dicoba.. Widiiih.. Obat manjur! Nafas ‘grok-grok’ Ayra hilang dan nafsu makannya oke lagi! Nah tapiii, belum juga 2 minggu obatnya sudah keburu habis, and just like a nightmare begitu obatnya habis langsung muncul ‘grok-grok’ dan kabur tuh nafsu makan!!! Huuuw saya pingin meweeek..
Tepat 2 minggu, kami balik lagi ke dokter Rifan. Saya ceritakan semuanyaaa.. Setelah itu, Ayra diperiksa dan benar saja dahaknya berkurang (walaupun masih ‘grok-grok’ sedikit). Saya ceritakan juga obatnya manjur tapi begitu habis obat, muncul lagi gejala-gejala tersebut. Dokter Rifan terlihat semakin yakin ini ada alergi di area pernapasan Ayra, walaupun belum ada pemeriksaan alergi terkait hal ini. Beliau memberi resep obat yang sama dengan harapan gejalanya tidak akan muncul lagi.
Dua minggu berselang, obat habis, welcome back symptoms! 🙁
Desember 2018
Setelah ke dokter Rifan, kondisi Ayra memang sudah tidak ‘seringkih’ sebelumnya. Batuk pilek sesekali masih muncul, berat badan sepertinya naik sekitar 200-300 gram (lumayanlah ya syukuri aja). Di satu sisi, saya senang Ayra membaik, tapi di satu sisi, saya merasa pengobatan ini belum maksimal.
Pagi itu, saya sedang mengantri ambil raport Une di sekolah saat beberapa ibu ngobrolin dokter spesialis anak favorit mereka. Muncullah nama: dokter Cut di SamMarie Basuki Rachmat. Saya cuma dengar sekilas saja. Tapi akhirnya saya tahu, itu merupakan cara Allah memperkenalkan dokter Cut pada diri saya 🙂
Januari 2019
Batuk pilek Ayra kumat lagi. Saya binguuung karena merasa, “Kok nggak selesai-selesai sih? Sebenarnya ada apa sih? Saya harus bawa Ayra ke dokter mana lagi?” Tetiba saya ingat dengan nama dokter Cut. Saya langsung googling saat itu juga dan alhamdulillah dokternya praktek di sore itu.
dr. Cut Badriah, Sp.A praktek di SamMarie Basra yang jaraknya kurang lebih 15-20 menit aja dari rumah. Sebelum berangkat, saya sempat baca beliau pernah ikut simposium mengenai alergi pada anak. Bismillah, semoga memang beliau perpanjangan tangan Allah untuk menolong Ayra.
Kesan pertama bertemu beliau: MasyaaAllah pinter banget orangnya!!! Terus super asyik ngejelasinnya (walaupun bicaranya cepat banget but I don’t mind) dan no judging. Setelah saya ceritain semuanya dari awal banget (beliau kenal dengan dokter Eva dan dokter Rifan juga ternyata), beliau mulai periksa Ayra. Ternyata benar, dahaknya banyak lagi. Beliau pun periksa perut dan punggung Ayra, kemudian, “Ayra suka gumoh nggak? Kalau muntah? Ibu atau Bapak ada yang punya penyakit maag? Biasanya muncul maag karena lapar aja atau stres? Ini ada banyak gas di perutnya Ayra. Ini yang bikin Ayra kadang mau dan kadang nggak mau makan, karena perutnya nggak enak.” Oh gituuu..
Akhirnya, Ayra diresepin: rhinos drops, mucopect drops, tiriz drops (untuk alergi), obat puyer racikan untuk radang tenggorokan, dan obat puyer racikan untuk pencernaan. Obat pencernaannya ini hanya diminum sehari sekali karena bisa menyebabkan ngantuk, efek lainnya nafsu makan jadi meningkat. Dokter Cut bilang kalau Ayra juga sangat sensitif sama yang manis-manis dan dingin-dingin, jadi kalaupun makan yang manis dan dingin harus dibarengi dengan diminumin air hangat untuk menetralisir. Dua minggu setelah konsumsi obat, Ayra diminta balik lagi. Yuk ah, sehat sehat sehat! Memang juara dunia, begitu pakai obat-obat ini alhamdulillah kondisi Ayra membaiiik.. Nafsu makannya juga oke banget! Dua minggu berselang dan begitu kami balik lagi ke dokter Cut lalu beliau periksa, ternyata dahak Ayra sudah bersih dan berat badannya naik 900 gram! MasyaaAllah! 😀
Nah, jadi sebenarnya Ayra tuh alergi apa? Saya dan keluarga duga alergi di area saluran pernapasan ‘kan, bisa saja alergi debu dan sebagainya. Ternyata salah. Ayra alergi pencernaan. Asam lambung Ayra tinggi jadi banyak gas di perutnya dan ternyata ini faktor keturunan karena saya dan suami juga punya sakit maag ― baru tahu bisa begini ternyataaa.. Terkait dengan batuk pilek tadi, dokter Cut menambahkan memang pada anak-anak yang ada alergi di pencernaan biasanya ada gejala batuk pilek yang tidak sembuh-sembuh. Makanya dokter Cut langsung periksa perut Ayra. Oh gituuu..
Lalu, alerginya bisa muncul lagi tidak? Bisa, saat daya tahan tubuh sedang menurun. Saat batuk pilek, hindari makanan yang berminyak dan yang dingin. Hindari juga makanan berpengawet. Makan/minum asam (seperti yogurt) boleh, tapi dalam batas wajar. Apa lagi yaaa? Oh kalau saran saya pribadi bisa diberikan makanan dalam porsi yang kecil tapi rutin untuk menghindari perut kosong, secara orang dengan bakat sakit maag paling nggak bisa kalau perutnya kosong.
Alhamdulillah.. Sesayang itu sama dokter Cut! Dokter Cut ini juga mudah dihubungi via chat, it makes me like her more! Daaan yang terpenting, beliau dokter ‘jaga kandang’ juga dan antrinya cepat! Hahahahaha #penting! Besok-besok Ayra dan Une mau vaksin ke dokter Cut ah! 😉
Nah, begitulah cerita perjalanan alergi Ayra yang lumayan berkelok-kelok. Walaupun sempat ke beberapa dokter sebelum akhirnya bertemu dokter Cut, but I’m grateful. Dari mereka, saya dapat beberapa insight baru yang belum saya tahu sebelumnya. And of course I believe and I know kalau yang memberikan kesehatan hanya Allah, ini hanya bentuk ikhtiar kami sebagai orangtuanya Ayra. Dan saya yakin, dokter Cut adalah perpanjangan tangan Allah untuk menolong Ayra 🙂
Leave your comment here, I’d loved to read it. Or please share my story to anyone who might need it. Have a good night!
Always Love,
Aninda — The-A-Family
11,305 total views, 5 views today
Makasih bunin untuk sharingnya. Kemaren akhirnya ke dokter cut setelah hampir 2 bulan baca postingan ini. Ternyata sama, anakku (9 bulan) didiagnosa alergi pencernaan (aku maag sementara suami ada riwayat asma, baru tau juga bisa nurun.) Dan persis kayak ayra, diresepin puyer racikan untuk malam yang bikin ngantuk itu.
Huhu semoga cocok, Insyaa Allah. Sedih banget liat anak susah makan semenjak mpasi dan dibilang beratnya kurang (naiknya irit semenjak mpasi) Semoga belum telat dan bbnya bisa dikejar. Aamiin.
Sehat selalu untuk abang une dan kakak ay!
Alhamdulillah akhirnya kesampean juga ke dokter cut karen baca blognya bunin. Enak banget jelasinnya, detail dan betul ga ngejudge. Sampe ditanya riwayat alergi di keluarga (nenek, kakek, tante atau omnya anakku). Sebelumnya pernah ke dsa pinter juga tapi dijudge kayak ga ngasih makan anak dengan baik. Sebagai ibu baru aku merasa super sedih 💔 Padahal sreg sama dokternya cuma mulai pikir untuk cari second opinion ditambah dengan baca postingan ini.
Mirip ayra diagnosanya, alergi pencernaan dan persis dikasih puyer yang diminum buat malem. Mudah-mudahan cocok, Insyaa Allah. Karena semenjak mulai mpasi anakku naik bbnya irit irit huhu.
Semoga dengan membaca blog bunin dan kemudian ikutin kata hati ke dokter Cut merupakan perpanjangan tangan Allah supaya anakku mau makan dengan baik dan bbnya juga naik. Aamiin.
Aaaaa makasih banyak bunin sharingnya 😘 Sehat selalu abang une dan kakak ayra ☺
Sama banget bunin! Anakku juga usia sebelum 4 tahun sempet batuk ga sembuh2 sampai antibiotikpun ga mempan. Sama dsa nya diminta cek mantoux tapi akhirnya aku skip dan pilih ke spesialis respirologi anak jadi klopun harus test mantoux ya sama ahli-nya. Klo aku waktu itu ke dr Nastiti spesialis respirologi anak nya bunin. Dulu praktek di RSCM, Klo skrg prakteknya hanya di rumahnya di daerah Melawai Jaksel. Dokter Nastiti ini senior bgt sampai udh bikin handbook respirologi anak untuk calon2 dokter (bisa googling) dan memang sudah cukup tua usianya. Dengan membawa hasil rontgen, cek darah, dan daftar obat2 yg sudah dikonsumsi dr dsa nya dulu, Dokter Nastiti cek fisik anakku juga dan sangat yakin ga perlu cek mantoux karena anakku didiagnosa alergi. Dikasih obat racikan (yang aku baca dr resepnya isinya mucopect untuk mengencerkan dahak) dan obat alergi RYVEL MasyaAllah, Alhamdulillah batuknya hilang bersih. Memang penting banget buat cari second opinion dokter lain ya bunin. Well, sehat2 ya Ayra! 🙂
Hai Amira! Iyaaa penting banget khan second opinion.. Kalo kita merasa ada yang ‘kurang’ dari diagnosa si dokter & ada sesuatu di anak kita yang belum tuntas, memang perlu banget second opinion itu yaa. Alhamdulillah, sekarang anak-anak kita udah sehat lagi yaaa.. MasyaaAllah.. Peluk sayang buat anakmu yaaa 🙂